Mufid sayangku,
Hari kami kemaren seperti biasa dari jam 4 sore sampai jam 5 Mufid pergi latihan judo. Tetapi sayang sekali ini mama ga bisa melihat Mufid latihan judo, karena dd rewel dan ngantuk. akhirnya setelah anterin Mufid Judo, mama harus balik ke rumah nemenin didi bobok. Jam 5 kurang mama datang lagi ke tempat Mufid judo yang jaraknya cuma 50 meter dari apartment kita.
Sepulang dari Judo, seperti biasa Mufid ceria dan becanda dengan teman temannya. Bahkan sempat sempatnya perang snow ball dengan teman teman Judonya. Yang nambah Mufid gembira, karena pada hari ini Mufid dapat surat untuk ujian kenaikan tingkat di Judo. Alhamdulillah, insya Allah minggu depan Mufid dah bisa punya ban Baru, ban kuning.
Sesampai di rumah, seperti biasa Mufid nonton, istirahat abis Judo, terus sholat magrib dan lanjut makan malam. tidak ada kulihat kerancuan ataupun keanehan apapun dari Mufid. Jam 8 malam, Mufid masuk kamarnya dan begitu juga didi masuk kamarnya sendiri sendiri. Mereka tertidur lelap sampai pagi jam 7.30 am dibangunin mau sekolah. Tetapi begitu bangun Mufid langsung mengeluhkan tangannya sakit dibagian siku. Aku kira itu cuma sakit biasa kehimpit pas tidur, tanpa pikir panjang aku kasih counterpain dan Mufid pergi sekolah seperti biasa. Tetapi sepanjang di sekolah yang kebetulan aku juga ada kegiatan di ouder room, bia melihat Mufid bermain dengan teman temannya. sepnajang di sekolah, aku melihat Mufid selalu menggendong tangan kirinya. Sepulang sekolah aku lihat Mufid tetap kesakitan. tetapi aku masih berpikir itu cuma keseleo, aku tetap kasih counterpain. Seharusnya jumat sore Mufid pergi zwemles, teapi karena tangannya sakit, Mufid ijin tidak pergi zwemles.
Sore ini aku lihat tidak ada perbedaan significant antara siku kiri dan siku kanan, tidak merah, tidak biru, tidak bengkak. Hmmm...............aku mulai berpikir kemungkinan zondagarmje. malamnya mulai Mufid tidak bisa tidur dan harus menelan paracetamol dua kali supaya bisa tidur. Pagi jam 7 kita langusng bawa Mufid ke UGD Vlietland Ziekenhuis.
Sesampai di ziekenhuis ini, masih sepi dan tidak ada siapa-siapa. Alhamdulillah ketemu seorang wanita setengah baya yang baik dan mengantarkan kita ke unit gawat darurat. Sesampai disana petugas UGD menanyakan. "heb jij een afspraak met de huisart?" tenta saja tidak punya toch.... akhrinya kita disuruh ke loket sebelah tempat huisarten posten. Sesampai disana tidak ada seorangpun di recepsionitnya. Saya menekan belnya dan datang seorang perempuan. Dia menayakan hal yang sama, "heb jij een afspraak maken?"saya bilang tentu saja tidak punya, justru saya ke sini mau bikin afspraak kayak yang disuruh bagian UGD tadi.
Ee dia malahan ngasih selebaran brousur dan menyuruh saya bikin afsprak by phone. Aneh banget prosedurnya, beda banget dengan negara saya yang kalau sesuatu yang emergency langsung ditanganin tanpa afsprak afsprak - an :-(. Begitu di telpon, ditanya semua data Mufid dan kenapa sampai nelpon emergency, akhirnya kita diberitahu kalau jam 8 lewat 10 dokter akan datang memanggil kita.
Setelah menunggu lebih dari 30 menit, akhirnya datang perawat yang memanggil Mufid. Dengan ramahnya dia mempersilahkan kita masuk ke salah satu ruangan yang penuh tempat tidur yang dibatasi dengan gorden pada masing-masing ruangannya.
Di ruangan ini aku dan Mufid menunggu dokternya................ya ampuunnn lebih kurang se jam baru dokternya datang. Saya tidak mengerti kenapa selama ini prosesnya, padahal tidak ada pasien emergency lainnya. Di luar saya dengar gelak tahu senda gurau yang menandakan mereka banyak yang stand by tidak ada kerjaan karena tidak ada pasien, tetapi kenapa kita dibiarkan menunggu selama ini, sementara Mufid kesakitan. Heuuuhhhh negara birokrat banget, keseeeeellllllll.
Sejam sudah kita menunggu, akhirnya dokternya datang, dengan ramah menanyakan semua kejadian, dan menyuruh Mufid buka baju dan dia muai memeriksa. Kelihatan kalau siku kiri Mufid mulai memerah dan membengkak. Dokternya mengirim kita ke bagian X-ray. Mufidpun mulai di photo, dan ternyata..........................tulang antara bahu dan siku, bagian bawahnya patah. Haaahhh............serasa ga percaya. Dokternya mulai mengintrospeksi aku, menanyakan situasi di rumah, semuanya yang berhubungan dengan kegiatan Mufid dan keadaan rumah kita. Karena dia belum menemukan penyebab patahnya tangan Mufid. Akupun bingung, sampai sekarang masih menjadi tanda tanya besar. Dia bahkan sampai menanyakan apakah ada peristiwa di rumah yang mengakibatkan tangan Mufid patah, *apa dia mikir KDRT yaaa??* alhamdulillah, rumah kita jauh dari KDRT atau kekerasan apapun itu :-)*
Akhirnya Mufid di bawa ke ruangan gips untuk diberi gips supaya tangannya tidak bergerak bebas dan cepat sembuh, selesai di gips kita boleh pulang.
Sebelum pulang Mufid dikasih paracetamol oleh dokternya, dan dipesankan supaya membikin afsprak untuk ketemu dokter minggu depan, Mandag.
Cepat sembuh ya sayang, Mama sayang banget ama Mufid.